Kamis, 15 September 2011

Didalam hatimu hatiku berkisah



 menjelang sore, matahari sendu, pantai, Kaori Kobayashi, ice tea, dan secarik kertas lusuh,
secarik kertas lusuh bertuliskan guratan hatimu


"pukul tujuh malam, disini masih terang benderang, panas, bosan, tidak ada indomie, tidak ada teh botol sosro, tidak ada kamu"

debur ombak memecah keheningan, bocah kecil berlari mengejar anjing.

"aku rindu rumah, rindu suara bajaj, mikrolet, metromini, pedagang susu kacang kedelai yang setiap pagi selalu menyanyikan lagu rafika duri"


Kobayashi kaori - walk in the night 


"dan aku rindu kamu, rindu kita, bagaimana jalan Sudirman di malam hari, masihkah ia seperti yang kau bilang, perempuan cantik umur 27 tahun, dengan gaun malam yang kesepian dalam pesta yang ramai" 



Satu tetesan air mata


"aku rasa, aku tidak bisa pulang lebaran ini, dan mungkin juga lebaran tahun depan, entah kapan aku bisa berjumpa kamu lagi. Maafkan aku"

Dua tetesan air mata, menutup cerita dari guratan tanganmu



Seperti thermocline, cinta yang mengalir di hatiku dan hatimu, tidak akan pernah satu.


Didalam hatimu aku berkisah, tentang cerita sedih yang tak berkesudah.


Matahari semakin sendu, ice dalam tea telah mencair, Kaori Kobayashi berhenti mengalun.


Didalam hatimu hatiku berkisah, aku masih ingin kamu pulang.